Senin, 05 September 2016

DKD Kebumen Buka Kelas Gamelan Tradisional

DKD Kebumen Buka Kelas Gamelan Tradisional
Minat generasi muda Kebumen terhadap seni karawitan dinilai sudah mulai memprihatinkan. Pasalnya, saat ini sangat jarang anak-anak muda yang mau belajar kesenian tradisional tersebut. Tak heran para pengrawit di kabupaten yang memiliki slogan Beriman ini didominasi oleh kalangan orang tua.

Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kabupaten Kebumen, sebagai lembaga yang bertugas melakukan pembinaan terhadap kesenian pun tak tinggal diam. Saat ini, DKD rutin menggelar latihan menabuh gamelan seminggu dua kali, yaitu setiap Selasa malam dan Jumat malam.  Latihan bersama ini telah berjalan memasuki tahun kedua.
Ketua Umum DKD Kebumen Pekik Sat Siswonirmolo, mengatakan untuk kebutuhan berlatih pihaknya memanfaatkan gamelan milik Pemkab Kebumen yang sehari-hari berada di pendopo rumah dinas Bupati ataupun meminjam gamelan di SMP Taman Dewasa Kebumen. Pengampu pelatihan terdiri dari dua orang, yakni Bambang Budiono, dalang wayang kulit dari Jatijajar dan Sutardjo, praktisi gamelan dari Kelurahan Bumirejo, Kecamatan Kebumen.

"Pesertanya saat ini sudah sampai belasan," kata Pekik Sat Siswonirmolo, kepada Kebumen Ekspres disela-sela latihan, kemarin.

Ia menjelaskan, pelatihan kegiatan tersebut bertujuan untuk menumbuhkan generasi seniman-seniman baru di Kebumen yang hampir ditinggalkan anak-anak muda. Selain itu, pelatihan tersebut tidak dipungut biaya apapun. "Peserta tinggal datang dan bergabung untuk latihan," ujarnya.

Selain itu, meski DKD tidak mendapatkan kucuran dana dari APBD Kabupaten Kebumen sejak 2015, namun semangat dewan kesenian tidak patah semangat untuk melakukan pembinaan dan pengembangan seni dan kebudayaan. Seperti acara Pawartos Kebumen (berita seputar Kebumen berbahasa Jawa), Selamat Siang Kebumen (SSK) berbahasa jawa, dan acara Ngadurasa, yang semuanya bekerjasama dengan Ratih TV Kebumen.

Tak hanya itu, DKD juga mengirimkan kontingen dalang bocah ke Festival Dalang Bocah ke Banjarnegara dan berhasil menjadi juara 1, 2 dan harapan 3 tingkat Jawa Tengah dan DIY.

Minggu, 04 September 2016

KETHOPRAK DANGSAK DKD KEBUMEN



”Reksa Mustika Bumi”
Ketoprak Dangsak Pentas Kolaborasi Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kebumen


















https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy0WBKH30NyIxXZfMwcLlgW_DDTtJxiupVQdiqG_856UGaC4FJHwHKezlbxES9LO3G87-bzMrVskOmivUnaOvPaoX4JzEjHflEEdszGZJJ6ZeJDx_nMME4zOepxRSY4Rquc6p5blhu77M/s1600/1367_caos-cepet.JPGDewan Kesenian Daerah (DKD) Kebumen kembali menggelar pentas kolaborasi Ketoprak Dangsak yang mengangkat lakon ”Reksa Mustika Bumi”, di panggung Jateng Fair PRPP Semarang, Senin (29/08) malam. Lakon yang diusung dalam pementasan ketoprak tersebut mengangkat isu nasionalisme, di tengah ancaman krisis kebanggaan generasi muda pada  potensi budaya daerah. Lakon ”Reksa Mustika Bumi” yang naskahnya ditulis oleh Pekik Sat Siswonirmolo membeberkan pertarungan antara kompeni yang  bernafsu menguasai daerah jajahan dengan masyarakat lokal daerah pegunungan atau pareden Kebumen.
Pentas lakon yang disutradarai oleh Pekik Sat Siswonirmolo dan  berdurasi dua jam ini melibatkan sekitar 30 pemain terdiri atas pelaku seni tradisi cepetan dari Desa Watulawang, teater Ego Kebumen, Paguyuban Seni Rasa Kawedar Kebumen, dan beberapa pengurus DKD Kebumen.
Pementasan ini juga didukung iringan gending digawangi oleh Ki Bambang Budiono (DKD) yang juga seorang dalang asal Desa Jatijajar, Ayah dan Ki Sutarjo S.Pd, guru SMP 2 Kutowinangun. Pementasan kesenian ini menggunakan  iringan gamelan dari SMP Taman Dewasa yang dikolaborasikan dengan Bass drum dan perkusi mas Aris, guru SMK Batik Sakti 1 Kebumen. Sejumlah pemain teater terlibat pada pementasan itu, antara lain Putut Ahmad Su’adi, Sahid Elkobar , Nunung (Teater Ego), penari Pipin Damayanti (PNS Guru),Pekik Sat Siswonirmolo (pengurus DKD), Sakum (Roso Kawedar).
Secara umum pentas seni, dari kabupaten berslogan Beriman, yang menggunakan bahasa gado-gado Bahasa Indonesia dan Jawa itu, cukup menggemparkan suasana panggung Jateng Fair 2016 di PRPP Semarang  di tengah minimnya pentas tradisional. Meskipun dalam guyuran hujan, tidak menyurutkan minat, pengunjung PRPP menggunakan payung menyaksikan pementasan. Penampilan Tari Cepetan yang juga disebut Dangsak cukup memukau pengunjung PRPP. Terbukti setelah pementasan banyak penonton yang berebut untuk foto bersama, dan tidak ketinggalan ada 2 orang anggota Polisi yang ikut berfoto dengan meminjam kostum Cepetan. Bahkan seusai pementasan para pemain Kethoprak Dangsak, khususnya penari Cepetan harus menuruti permintaan panitia untuk ikut pawai, diarak mengelilingi area PRPP. menggunakan kereta kelinci.
Kethoprak Dangsak Lakon Reksa Mustika Bumi merupakan produksi ke 4  dari Dewan Kesenian Daerah (DKD) bercerita tentang keteguhan local genius dalam mempertahankan kemerdekaan. Kethoprak Dangsak sendiri merupakan sebuah ijtihad kebudayaan Dewan Kesenian Daerah Kabupaten Kebumen dalam rangka memacu kreatifitas dan semangat kolaborasi bagaimana kesenian khas Kebumen ini dapat lebih diterima oleh khalayak, maka memunculah satu jenis kesenian baru, sebuah pertunjukan kolaboratif kethoprak yang merupakan seni tradisi asli Indonesia modern, dengan berbasis lakon yang dinaskahkan dengan mengambil spirit dan cita rasa Dangsak atau Cepetan Alas yang merupakan potensi seni daerah kabupaten Kebumen.
Kethoprak Dangsak memiliki visi yang sejalan dengan fungsi seni sebagai wujud respon sosial, hingga pada prakteknya naskah-naskah yang dimunculkan diupayakan dapat kontekstual terhadap jiwa jaman dan memiliki sensitifitas tang tinggi terhadap masalah yang dihadapi masyarakat, sehingga keberadaannya semakin berperan dan memiliki makna.
Lakon Reksa Mustika Bumi ini menarik karena konteksnya terhadap situasi kontemporer. Kasus krisis nasionalisme pada generasi muda merupakan ancaman bagi keutuhan NKRI, sehingga mempertahankan kemerdekaan dengan menjaga persatuan dan kesatuan  melalui pemberdayaan budaya yang berbasis kearifan lokal menjadi tanggung jawab semua warga masyarakat, khususnya generasi muda.
“Kowe kabeh para pemuda ing desa kene nduweni tanggung jawab kang gedhe banget kanggo melu berjuang, mbelani bumi pertiwi. Kompeni aja diadepi nganggo gegaman, awake dewek mesti kasoran. anangin kudu diadepi kanthi cara olah budi daya kang wicaksana. Cepetan utawa Dangsak bisa dadi sarana kanggo ngusir kompeni saka bumi pareden kene. Sarate kowe para pemuda kudu gembleng nyawiji.” Salah satu dialog Ki Rekso (Pekik) pada salah satu adegan.
“Rasa capai selama persiapan dan latihan, lunas terbayar malam ini” kata Putut Ahmad Su’di yang bertindak selaku asisten sutradara, mengungkapkan rasa puasnya seusai menyaksikan pementasan.